Suasana riang dan haru mewarnai hari kelulusan kelas online “Merencanakan Masa Depan”. Dua jam di siang itu kami merayakan 39 remaja perempuan yang sudah berproses selama 6 minggu dengan bergembira bersama. Ada musik, video pendek dan mendengarkan testimoni tiap peserta. Arub, 17 tahun yang tinggal di Wonosobo berpendapat, ”Kelas ini bisa merubah pandangan saya terhadap cowok karena selama ini saya takut sama cowok. Setelah saya mengikuti kelas Sebaya ini saya banyak mendapatkan pandangan baru bahwa kita bisa kok berelasi dengan lawan jenis karena disini juga dijelaskan tips and trick cara menjaga batasan untuk konsen” .
Perubahan juga dirasakan oleh Chiquitta, 16 tahun dari Jepara , “Aku lebih mengetahui banyak hal yang biasanya aku anggap tabu sekarang tidak lagi. Jujur saya tuh dulu menganggap bahwa waktu pelajaran IPA menurut saya kok saru. Setelah ikut kelas online ini saya udah gak mikir gitu lagi”. Sungguh menggembirakan mendengarkan perubahan yang dialami para peserta.
Merencanakan masa depan adalah fokus dari kelas online SEBAYA yang kami rancang bersama Yayasan Ipas Indonesia. SEBAYA adalah program pendidikan kritis mengenai Hak Kesehatan Seks & Reproduksi (HKSR) untuk kelompok remaja dan perempuan muda berbasis media populer dan teknologi. SEBAYA adalah program dari Yayasan Kampung Halaman bekerjasama dengan Yayasan IPAS, sebagai bagian dari program HKSR-Asuhan Paska Keguguran IPAS untuk remaja dan perempuan muda sebagai penerima manfaatnya di 3 wilayah : Yogyakarta, Klaten, Ponorogo.
Awalnya kami sempat khawatir kalau kalau dalam kelas online yang baru pertama kami buat ini banyak peserta gugur di tengah perjalanan kelas. Meski kelas ini dilakukan di Sabtu Minggu, materi kelas bisa dibilang padat dan ada tugas personal. Belum lagi peserta bersekolah daring yang membuat waktu belajar mereka menjadi lebih panjang dari masa sebelum pandemi, dan itu membuat mereka lelah dan bosan. Namun kekhawatiran ini tidak terbukti karena ternyata para peserta terus mengikuti kelas bahkan mengalami perubahan.
Kelas merencanakan masa depan terdiri dari psikologi remaja, pubertas, reproduksi dan persiapan pernikahan, dampak pada kehamilan remaja serta relasi dan consent. Semua materi ini diberikan oleh dokter dan psikolog yang berpengalaman. Mereka berperan sebagai mentor yang ramah remaja yaitu pribadi yang berusaha dekat dan setara dengan remaja meski terpaut usia dan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak dari peserta.
Peran tersebut adalah hal yang kami bangun bersama para narasumber. Suasana kelas menjadi perhatian utama kami karena kami ingin menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman yaitu ruang yang bebas dari prasangka, label moral dan agama yang seringkali menyertai pembicaraan materi kelas tersebut. Ilmu pengetahuan dan ilmu kedokteran menjadi pijakan kami dalam mendiskusikan materi tersebut dengan peserta.
Pendekatan tersebut mendapat respon yang baik dari peserta. Ruang aman dan nyaman yang kami tawarkan disambut peserta dengan banyak bertanya. Ada lebih dari 200 pertanyaan selama kelas online berlangsung. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab selama kelas dijawab oleh mentor melalui dokumen yang dapat diakses oleh peserta kapan saja.
Pada kelas Perencanaan Masa Depan dengan tema relasi dan consent dalam pacaran, walaupun sebagian besar peserta sedang tidak/belum pernah dalam relasi pacaran, tetapi mentor banyak memberikan contoh tahapan/langkah-langkah yang harus dilakukan ketika remaja berada dalam situasi-situasi yang berpotensi pada terjadinya kekerasan fisik, atau psikis dengan pacarnya. Pemberitahuan yang diberikan di awal kelas bahwa materi kelas tidak bermaksud mengesampingkan teman-teman peserta yang tidak sedang berpacaran/ memilih untuk tidak pacaran sangat membantu menghilangkan “jarak” atas pengalaman yang belum pernah mereka rasakan.
Selain bertanya, peserta juga mendapatkan ruang untuk mengetahui pengetahuan mendasar praktis yang relevan dengan kondisi dan persoalan yang mereka hadapi sehari-hari, seperti cara mengelola emosi, menghitung siklus menstruasi dan menjalin relasi yang sehat. Bagi remaja lain yang belum mendapat kesempatan mengikuti kelas online ini, kami membuat ringkasan materi kelas online ini yang dapat diakses di sini.
Tanggapan lain dari peserta adalah mereka mengerjakan tugas personal berupa tantangan membuat konten di akun instagram pribadi mereka. Sebagai contoh, mereka membuat materi Quiz Mitos dan Fakta seputar HKSR untuk followernya. Tidak hanya membuat konten, mereka juga menanggapi pertanyaan yang muncul. Salsabila, 16 tahun peserta dari Ponorogo misalnya, memberikan jawaban yang sangat lengkap dan mendalam sebanyak 35 halaman melalui instastory-nya untuk menjawab kuis mitos fakta HKSR berjudul “Berhubungan Intim Satu Kali tidak akan membuat hamil”. Instastorynya dibaca oleh lebih dari 133 follower, teman sebaya.
Menurut kami, kesuksesan kelas online ini tidak hanya berhenti di peserta lebih percaya diri untuk bertanya, tetapi juga lebih percaya diri dalam berbagi informasi dengan teman sebaya seiring dengan peningkatan pengetahuan HKSR mereka. Ruang aman dan nyaman yang kami usahakan bersama IPAS dan para narasumber berjalan lancar dan berbuah banyak.
Kami berharap ada lebih banyak pendukung remaja yang menciptakan ruang aman dan nyaman bagi remaja. Metode tersebut terbukti berhasil membawa remaja, masa depan kita, menuju perubahan yang lebih baik.