“Saya mau bertanya, seberapa pentingkah, kolom agama dalam suatu data atau dokumen? Dan seberapa pentingnya nilai agama di dalam rapor?” Inilah pertanyaan Anih Kurniasih, 15 tahun remaja asal Kuningan saat sesi diskusi yang dipandu Ine Febriyanti dan Rachma Safitri setelah pemutaran film Kembang 6 Rupa Sabtu lalu (21/5) di Studio 1 XXI Kota Kasablanka Mall, Jakarta Selatan.
Pertanyaan Anih dijawab oleh Bivitri Susanti dari Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera dan Inayah Wahid Positive Movement Indonesia. “Oh kalau saya ditanya agama itu butuh atau tidak, saya jawab tidak! Karena menurut saya keberadaan agama itu bukan di rapor atau di KTP, tapi di sikap kita sehari-hari,” jawab Inayah Wahid.
Pemutaran dan diskusi dihadiri kurang lebih 180 orang yang terdiri dari teman-teman remaja, media, orangtua, guru, kementrian dan ahli-ahli di bidang pendidikan, hukum, psikologi, dan pemerhati keluarga. Anih hadir bersama 5 remaja perempuan dari 3 lokasi Kembang 6 Rupa hadir untuk berdialog langsung dengan penonton dan penanggap. Mereka adalah Nala Sahita Putri dan Dewi Wahyuni dari Sleman, Sukma Kinasih dari Kuningan, Atin Rosmiatin dan Safitri Julianti dari Sumedang.
Anih dan Lala sebagai MC membuka acara tepat pukul 09.30. Sebelum pemutaran, Mariana Amiruddin dari Komnas Perempuan hadir sebagai keynote speaker. Setelah pemutaran, diskusi berlangsung selama 30 menit. Selain Bivitri dan Inayah, hadir sebagai penanggap adalah Ir. Harris Iskandar, Ph. D Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, dan Pendidikan Masyarakat, Dr. Ella Yulaelawati R., M.A., Ph.D. dan Priyanto, Konsultan dan Praktisi SMK, Prof. Zainul Biran Psikolog dari Daya Insani dan Henny Supolo (Yayasan Cahaya Guru).