Pagi 18 Desember 2016 tepatnya pukul 9.00 WItA, kami telah berkumpul di balai desa Tampara. Hujan yang turun tidak menyurutkan semangat para teman remaja untuk menyiapkan kegiatan presentasi sore nanti. Semua remaja puteri langsung membersihkan ruangan dan menata meja serta tempat duduk. Sementara beberapa remaja putera yang lain, yakni Edwin, Ronal, Aris dan Fendi mempersiapkan mesin generator dan pengeras suara. Karena kegiatan persentasi ini kami lakukan pada sore hari, maka kami harus menggunakan mesin generator untuk kebutuhan listrik, mengingat listrik di pulau Kaledupa hanya beroperasi mulai pukul 18.00 sampai pukul 06.00 pagi. Mereka masih sempat berlatih presentasi diruangan itu meski tidak terlalu lama. Kami kembali ke rumah masing-masing setelah semua persiapan selesai dengan kesepakatan untuk hadir satu jam lebih cepat sebelum acara dimulai.
Pukul 13.00 kami semua telah berkumpul di gedung balai desa Tampara, tempat pelaksanaan kegiatan presentasi SR. Kami langsung mencoba semua peralatan yang dibutuhkan, terutama listrik untuk Infocus nanti. Masalah diluar kendali kami tiba-tiba muncul. Stavolt regulator yang kami gunakan tiba-tiba meledak karena penyetelan gas mesin yang terlalu tinggi. Akibatnya, Infocus tidak bisa digunakan untuk presentasi karena resiko kerusakannya sangat tinggi. Akhirnya kami menyepakati untuk menggunakan perlengkapan seadanya untuk presentasi nanti. Menampilkan slide presentasi dengan menggunakan laptop menjadi satu-satunya solusi yang kami ambil.
Satu persatu tamu undangan mulai berdatangan. Pak La Beloro, Hasanuddin dan teman-teman Forkani yang lain hadir lebih dulu dibandingkan masyarakat yang lain. Nantinya La Beloro sebagai ketua Forkani akan turut memberikan sambutannya, bersama dengan Sekretaris Desa Tampara sebagai perwakilan Kepala Desa.
Setelah sebagian besar masyarakat telah hadir di ruangan pertemuan, atas persetujuan Sekdes, acara presentasi pun dimulai. Novi sebagai MC mulai membacakan susunan acara kegiatan. Ada beberapa sambutan yang disampaikan pada kegiatan sore ini dan juga diskusi singkat bersama masyarakat yang sempat hadir. Saya sebagai perwakilan dari Kampung Halaman mendapat bagian untuk menyampaikan sambutan lebih dulu. Penjelasan tentang apa itu SR beserta tujuannya, saya sampaikan kembali kepada masyarakat. Demikian halnya dengan proses dan hasil analisis kegiatan yang dilakukan oleh teman remaja selama ini, serta rencana pelibatan hasil kegiatan mereka ke dalam perencanaan desa Tampara.
Senada dengan apa yang saya sampaikan, dalam sambutanya La Beloro juga menjelaskan bahwa kegiatan SR merupakan kegiatan pendidikan bagi anak remaja untuk lebih mengenali potensi yang ada didesanya yang tidak mungkin mereka dapatkan di sekolah formal. Dia juga menambahkan bahwa pendampingan kepada remaja Tampara tetap akan ada pasca program SR selesai meskipun tidak akan sesering pada saat program SR berlangsung. Tentu saja kali ini pendampinganya atas nama Forkani. Mengingat, Forkani mempunyai program lain di desa Tampara, yang melibatkan para remaja sendiri, misalnya saja dalam program lamun yang melibatkan para remaja terutama dari segi pendidikannya. Harapan tentang penguatan kelompok remaja goje-goje menjadi sebuah kelembagaan yang diakui oleh desa juga dipaparkan olehnya. Di akhir sambutannya, La Beloro bertanya kepada masyarakat, terutama orang tua remaja tentang pendapat mereka mengenai SR dan keberadaan kami para CO di desa mereka selama ini. Salah satu orang tua dari para remaja yakni orang tua dari Sri Harianti (Anti) langsung menjawab, “Kalau saya sangat mendukung anak saya ikut kegiatan SR ini. Tadinya anak saya sangat pemalu dan kegiatanya hanya di rumah saja membantu orang tua. Menurut saya belum ada kegiatan seperti ini di desa Tampara”. Selain bertanya kepada masyarakat, La Beloro juga bertanya kepada para remaja sendiri tentang harapan/keinginan mereka setelah program SR berakhir. Anti dan Santika sebagai perwakilan dari remaja menjawab bahwa mereka ingin kelompok remaja Goje-goje tetap berjalan atau beraktivitas meskipun tanpa pendampingan seperti pada saat SR, akan tetapi mereka juga mengharapkan teman-teman Forkani tetap sesekali mendampingi mereka. Santika juga menambahkan bahwa kelompok remaja Goje-Goje dapat diakui/diakomodir oleh pemerintah daerah.
Setelah Sekdes Tampara membuka acara secara resmi, maka tibalah saatnya teman-teman remaja mempresentasikan kegiatannya. Diawali dengan presentasi tentang proses kegiatan SR selama ini. Amri membantu memperlihatkan slide yang ada pada laptop, dan Fitri, Indri, Nur Absa serta Dena secara bergantian menjelaskan proses tersebut kepada masyarakat. Sangat terlihat bagaimana mereka sangat grogi berbicara di depan masyarakat dan orang tua mereka apalagi ini untuk yang petama kalinya. Setelah persentasi tentang proses kegiatan SR, kemudian dilanjutkan dengan persentasi hasil wawancara yang dibawakan oleh Anti, Edwin dan Aris. Sambil menjelaskan, mereka juga memperlihatkan diagram tentang hasil wawancara mereka. Semua yang hadir di ruangan ini tiba-tiba riuh bersuara ketika Anti melempar pertanyaan kepada mereka tentang kebenaran data tentang utang. Santika juga turut menceritakan pengalaman mereka ketika wawancara kepada masyarakat. Suasana ruangan kembali dipenuhi gelak tawa ketika dia menceritakan pengalamannya dalam bahasa Kaledupa dan tentunya dengan meniru mimik masyarakat yang menolak untuk diwawancarai. Dia sangat menyayangkan kenapa sebagian masyarakat beranggapan bahawa kecuali ada bantuan uang baru bisa diwawancarai, atau hanya karena politik mereka tidak mau memberikan keterangannya. Padahal mereka hanya mau belajar sekaligus untuk membantu desa mereka juga.
Selain presentasi proses SR dan hasil wawancara, penjelasan tentang Peta QGIS yang dihasilkan juga turut dibawakan. Ronal dan Lela dibantu oleh Amri menjelaskan peta tersebut kepada masyarakat, termasuk hubungan peta dengan data hasil wawancara. Dalam persentasi ini, barang-barang inventaris kelompok remaja Goje-Goje turut diinformasikan, termasuk sumber dari inventaris tersebut. Ini menjadi tugas Linda sebagai bendahara barang di kelopok Goje-goje. Tak lupa pula, Santika menyampaikan kondisi kas kelompok mereka kepada masyarakat.
Kegiatan persentasi kemudian berakhir setelah mendengarkan tanggapan dari masyarakat yang hadir serta penyampaian harapan/keinganan dari teman-teman remaja tentang keberlangsungan kegiatan dan kelompok mereka.