Pagi itu, minggu 19 Januari 2020, sejuknya udara pegunungan, hijaunya pepohonan dan rerumputan, layar besar serta panggung musik menunggu hadirnya 16 remaja peserta GVRLS Camp yang datang dari Klaten, Ponorogo dan 50 peserta dari Yogya. Enam belas peserta dari luar Yogya datang lebih dulu datang ke lokasi GRLVS CAMP di Kaligriya, Kaliurang, Yogyakarta.
Saat semua peserta lengkap, acara hari itu dibuka dengan kegiatan perkenalan yang dipimpin oleh 16 peserta Sebaya, yang lebih dulu datang sehari sebelumnya. Mereka sudah berembug dan berlatih permainan perkenalan dengan dibekali informasi bahwa peserta Yogya berasal dari 30 sekolah yang berbeda. Perkenalan 66 peserta itu seru sekali, ada gerak badan, nyanyian, ketangkasan dan yang paling banyak adalah suara tawa.
Tawa mulai mereda, peserta mulai saling kenal dan membaur di lapangan besar. Udara masih sejuk, cocok sekali untuk kegiatan berikutnya yaitu Lokakarya Self Defense dari tim Aikikai. Peserta diminta untuk membentuk lingkaran mengelilingi satu mentor utama yang berdiri di tengah, memberikan prinsip dasar bela diri dan melindungi diri dari tindakan kekerasan dan pelecehan seksual dengan santai diselingi canda. Mentor menjelaskan, “Hal yang paling dibutuhkan pertama adalah kesadaran menyayangi diri sendiri terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menolong orang lain karena menyayangi diri sendiri merupakan hal utama dalam sebuah hubungan”. Mentor menceritakan pengalaman rekannya yang punya keahlian bela diri tapi menjadi korban kekerasan rumah tangga karena terlalu sayang pada suaminya sampai ia melupakan dirinya sendiri.
Lalu mentor mengajak peserta praktek beberapa gerakan bela diri dasar. Berdua-dua peserta mempraktekkan gerakan tersebut, satu menjadi penyerang, satu yang membela diri lalu bergantian peran. Beberapa asisten mentor berkeliling untuk membantu peserta memperbaiki gerakan bela diri mereka. Mentor juga memberikan trik jika mengalami pelecehan di tempat umum. Peserta terlihat menikmati sesi ini, “Ini seru banget, Kak. Kakak mentornya enak njelasinnya, bikin kita ketawa terus”, komentar salah satu peserta.
Dari lapangan, peserta beranjak ke tenda besar untuk mengikuti Talk Show berjudul “Sayang. Sayangi Tubuhmu” yang membahas tentang seks, sistem reproduksi, perilaku seksual serta relasi sehat dan consent yang diberikan oleh mentor yang berprofesi dokter dan fasilitator dari IPAS Indonesia. Peserta aktif bertanya dalam sesi ini, salah satu peserta bertanya apakah ciuman bisa mengakibatkan kehamilan atau tidak. Peserta lain bertanya, “ Kalau hamil anak kembar itu sperma nya ada berapa?”. Ada begitu banyak pertanyaan sehingga sesi tanya jawab diperpanjang. Kami senang sekali peserta banyak bertanya karena hal tersebut menunjukkan keingintahuan mereka besar. Peran kami adalah membantu mereka menemukan jawaban yang tepat karena berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan.
Selesai makan siang, mulailah sesi Literasi Digital oleh Think.Women sebagai mentornya. Mentor memberikan materi dan permainan yang mengajak remaja berpikir kritis di dunia digital dan pentingnya menjaga privasi di dunia digital. Di sini peserta mendapatkan tips praktis mencari tahu sumber data yang benar dan melakukan proteksi pada akun mereka.
Hari menuju sore ketika waktunya menikmati hiburan sambil duduk santai. Ada pertunjukan musik oleh 3 penampil perempuan, yaitu Tarrarin, Frau dan Gabriela Fernandez. Selama bermusik mereka berbagi kisah personal tentang apa yang sudah mereka alami dan bagaimana hal tersebut menginspirasi karya mereka. Tarrarin yang mendalami dunia songwriting misalnya, bercerita bahwa hasil karyanya berangkat dari berbagai pengalamannya termasuk saat dirinya mengalami pelecehan dan kekerasan secara seksual di transportasi umum. Peserta tampak menikmati sore itu, mereka menyanyi bersama, merespon para penampil dan bercanda dengan teman disampingnya.
Setelah ibadah maghrib, acara akhir dimulai, yaitu menonton launching film pendek perdana berjudul “Pindah Planet” tentang dua sahabat perempuan yang memasuki pubertas di tengah simpang siurnya arus infomasi dan kemajuan teknolog, di mana masing-masing memiliki persoalannya sendiri dan berusaha untuk mengatasinya. Film tersebut disambut hangat, ceritanya sangat dekat dengan kehidupan remaja. Pindah Planet menutup GRVLS Camp dengan manis, mengajak remaja untuk bercerita pada sahabatnya ketika menghadapi persoalan.
Sebelum pulang, peserta foto-foto, bertukar nomor dan akun media sosial mereka. Hari itu bersama teman baru, kami merayakan bebas dari ketidaktahuan, tabu, stigma, mitos, relasi tidak sehat yang membebani pertumbuhan remaja perempuan. Tujuan GVRLS Camp tercapai, yaitu memberikan pengalaman bahwa tiap remaja perempuan memiliki ‘api’ atau kekuatan di dalam dirinya untuk menjalani masa pubertas dan mengajak mereka menikmati masa remaja yang penuh kejutan dan perubahan.
Tertarik ikutan gvrls camp?
Bantu kami mewujudkan Gvrls Camp versi kamu selanjutnya dengan mengisi form berikut ini ya!