Beberapa waktu lalu, teman-teman Kampung Halaman mengadakan diskusi atau Focus Group Discussion (FGD) terkait program Selamat Pagi. Diskusi tersebut dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dilaksanakan pada Rabu, 31 Mei 2017 dan sesi kedua dilaksanakan pada Kamis, 1 Juni 2017.
Diskusi sesi pertama dilaksanakan di Café Kethek Ogleng, Yogyakarta. Diskusi pada hari itu diikuti oleh sepuluh kontributor Selamat Pagi, baik yang berkontribusi sebagai pelapak, penampil, menggambar, panitia, maupun warga Krapyak. Dengan dibantu oleh Carolina Astri sebagai moderator, diskusi dimulai sekitar pukul 16.00 WIB.
Diskusi dimulai dengan penjelasan singkat dari Novan selaku PO Selamat Pagi mengenai program Selamat Pagi, yakni periode berlangsungnya Selamat Pagi sejak volume 1 hingga 13, jumlah kontributor, hingga keresahan-keresahan yang dialami. Kemudian moderator memulai jalannya diskusi dengan mengajak peserta untuk mempresentasikan profilnya masing-masing. Kesepuluh kontributor yang hadir dalam diskusi tersebut adalah Juragan Kecil (lapak) yang diwakili oleh Ima dan Kunting, Gendra yang terlibat di Teman Sekitar (ruang riang), Isrol (studio kelanduan), Holiday Anna yang diwakili oleh Darma (panggung tepi sungai), Summerchild yang diwakili oleh Dandy (panggung tepi sungai), Sisir Tanah yang diwakili oleh Danto (panggung tepi sungai), Haris selaku warga Krapyak, Badrun; Dewi; dan Dian selaku anggota Gamma 55, Febi selaku kolaborator (panitia), dan Nyonya Audio yang diwakili oleh Aurel.
Setelah mempresentasikan profil masing-masing, moderator mulai memantik diskusi dengan menyampaikan pembahasan utama, yakni tentang perlunya regenerasi, modifikasi, dan hal-hal apa yang diperlukan untuk keberlangsungan Selamat Pagi selanjutnya. Berdasarkan diskusi, dapat diambil beberapa poin dalam hal regenerasi. Penampil dan penonton dirasa mulai monoton dan memerlukan regenerasi sehingga ada keberagaman elemen di dalamnya. Monoton yang dimaksud adalah belum adanya pengunjung Selamat Pagi yang benar-benar baru, masih selalu itu-itu saja. Untuk itu, diperlukan adanya riset terhadap kolaborator dan penonton yang dapat dilakukan oleh “agen” tertentu yang memiliki sifat srawung. Dalam diskusi dibahas bahwa kunci untuk srawung adalah “dikunjungi bersinergi dengan mengunjungi”, artinya harus ada kegiatan saling mengunjungi dan dikunjungi oleh masing-masing yang terlibat di dalamnya. Selain itu, tidak ada salahnya jika mulai mencoba hal baru, misalnya membuat Selamat Pagi menjadi segmented atau memiliki tema-tema tertentu.
Dalam hal modifikasi juga dibicarakan beberapa poin penting. Lima format/komponen dalam Selamat Pagi, yakni Panggung Tepi Sungai, Ruang Riang, Ruang Karya, Lapak, dan Studio Kelanduan, sudah sangat cukup dan sudah bagus, hanya saja perlu memperbaiki sinergi antara kelimanya agar tercapai “kolaborasi” yang dimaksud. Selain itu, diperlukan adanya keterlibatan nyata dari warga sekitar (Krapyak), sehingga Selamat Pagi tidak hanya memberikan impact bagi yang melaksanakan (KH), tetapi juga bagi warga sekitar. Guna kemajuan kegiatan, diperlukan juga adanya perbaikan/upgrade sarana prasarana alat, panggung, atau malah mengonsistenkan format penampil dalam Selamat Pagi.
Selain beberapa hal di atas, dibicarakan pula hal-hal lain yang menjadi harapan atau hal yang sekiranya diperlukan bagi kelangsungan Selamat Pagi selanjutnya. Peserta diskusi mengharapkan Selamat Pagi dapat menjadi koperasi bagi anak muda, khususnya bagi anak-anak muda yang terlibat di segala prosesnya, sehingga dapat meningkatkan kemandirian dalam berkarya. Selain itu, menurut hasil diskusi, hal yang merupakan “PR” paling penting, bahkan lebih penting daripada meregenerasi dan memodifikasi adalah merawat segala yang sudah dimiliki.
***
Diskusi sesi kedua dilaksanakan pada Kamis, 1 Juni 2017 di Kampung Halaman. Masih dibantu oleh moderator yang sama, diskusi dimulai sekitar pukul 17.00 WIB. Berbeda dengan sesi pertama, diskusi sesi kedua pada hari itu diikuti oleh mereka yang belum pernah terlibat atau bahkan belum pernah mengetahui program Selamat Pagi.
Diskusi pada sesi kedua dimulai dengan presentasi profil masing-masing peserta. Sore itu, diskusi hanya diikuti oleh tiga peserta undangan, yakni Komunitas Rimbun yang diwakili oleh Iweng, Ruang Gulma yang diwakili oleh Bodhi, dan FORANS yang diwakili oleh Rama, Ryan Eka, dan Edi. Karena cuaca sore itu hujan deras, tiga peserta undangan lainnya tidak dapat hadir. Setelah peserta diskusi mempresentasikan profilnya masing-masing, moderator mulai memantik diskusi dengan membahas tentang acara yang menarik atau ideal versi para peserta. Menurut Bodhi ‘Ruang Gulma’, acara yang menarik adalah acara yang memiliki inovasi. Misalnya Selamat Pagi dapat dilakukan dengan lokasi yang berpindah-pindah, sehingga ada suatu kebaruan. Bodhi ‘Ruang Gulma’ sendiri belum pernah menghadiri Selamat Pagi, tetapi ia pernah terlibat dalam pembuatan poster acara Selamat Pagi volume 10.
Acara yang menarik menurut Iweng ‘Komunitas Rimbun’ adalah acara yang dilakukan di dalam ruangan (indoor) seperti pertunjukan teater, atau acara pertunjukan musik tradisional dan musik lokal dengan band-band indie sebagai penampilnya, serta acara yang tidak berbayar. Sama halnya dengan Iweng, menurut Rama, Ryan, dan Edi ‘FORANS’, acara yang menarik adalah acara yang tidak berbayar, namun dilaksanakan di luar ruangan (outdoor) dengan penampil yang sudah mereka tahu atau dengan kata lain “sudah terkenal”, dan juga terdapat interaksi yang nyata antara penampil dan penonton.
Setelah pembahasan tentang acara yang ideal, moderator menampilkan dua tayangan video dokumentasi Selamat Pagi volume 1 dan 2, yang kemudian diberikan penjelasan setelahnya oleh PO RBKH, Novan. Setelah itu, para peserta diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap video dokumentasi tersebut. Menurut mereka, Selamat Pagi merupakan acara yang menarik. Acara musik, ada lapak, ada anak-anak kecil, serta ada ajang sharing di dalamnya. Selamat Pagi sangat menarik bagi mereka karena mereka belum pernah melihat acara seperti itu sebelumnya. Menurut mereka, ada sesuatu yang dapat dilihat dan dipelajari dalam acara Selamat Pagi. Waktu acara Selamat Pagi yang dilaksanakan pagi hari tidaklah masalah dan justru bagus, serta konsep alam sebagai lokasi acara sangat menarik. Harapan mereka, acara Selamat Pagi tidak kehilangan esensi atau pemaknaan terhadap kata “selamat pagi” itu sendiri.
Notulis,
Faradila Totoy