Berbagi Ruang Berbagi Peluang

Senin, 22 Mei 2017, Launching DENGAR! Kompilasi Volume 6 ‘Berbagi Ruang Berbagi Peluang’ dilaksanakan di Ruang Interactive Center UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Yayasan Kampung Halaman bekerjasam dengan LPM Arena dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang yang telah lolos seleksi dari berbagai organisasi.

Pada awal pembukaan kegiatan, Rachma Safitri, Direktur Kampung Halaman menjelaskan tentang Program DENGAR!. Saat ini DENGAR! telah sampai pada kompilasi yang ke 6. DENGAR! Kompilasi volume ke 6 yang bertajuk Berbagi Ruang dan Peluang ini mengangkat isu disabilitas sebagai tema. Dalam DENGAR! Kompilasi volume 6 terdapat 5 video dengan 5 isu disabilitas di dalamnya. Isu-isu disabilitas tersebut membicarakan hukum, peluang pekerjaan, akses, komunikasi dan pengorganisasian pasca bencana.

Selain itu, Rachma Safitri juga menjelaskan bahwa selain dalam bentuk video, DENGAR! Kompilasi Volume 6 ini juga ada dalam bentuk audio, dilengkapi dengan buku panduan cara pemakaian dan tambahan informasi tentang 5 isu tersebut. Pada penutupan pembukaannya, Rachma Safitri berharap DENGAR! Kompilasi volume 6 dapat membantu kerja advokasi dan menjadi bahan ajar oleh seluruh peserta yang hadir.

Sesi Pertama

Setelah itu, kegiatan berlanjut pada sesi pertama diskusi. Pada diskusi sesi pertama ini peserta ditemani oleh Noor Aini P untuk membahas fungsi video sebagai bahan ajar dan alat advokasi secara umum. Noor Aini P menjelaskan bahwa salah satu kelebihan video adalah bisa disebar-luaskan dengan mudah. Produksi hanya sekali tetapi distribusi bisa berkali-kali. Pemutaran misalnya, bisa dilakukan dimanapun asal tersedia alat yang bisa digunakan. Bagaimanapun juga video tidak bisa berdiri sendiri. Banyak elemen yang juga perlu diperhatikan jika kita ingin mencapai tujuan dari pemutaran video misal, ketika memutar video sebaiknya ada diskusi setelahnya untuk mengulas lebih dalam pesan apa yang disampaikan oleh video tersebut.

Video-video di dalam DENGAR! Volume 6 sangat perlu diputar di komunitas tersebut agar pemahaman mengenai isu-isu disabilitas semakin kuat.

Ajiwan — Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia

Sesi Kedua

Pada sesi kedua, diskusi dilanjutkan setelah pemutaran Film ‘Curhat’ dilakukan. ‘Curhat’ adalah salah satu film dalam DENGAR! Kompilasi volume 6 yang mengangkat isu komunikasi disabel. Belly Lesmana, pemantik dalam diskusi kedua yang membahas tentang Advokasi Hak Disabilitas Melalui Media Popular ini mengawali dengan pernyataan bahwa video masih perlu digunakan karena hak-hak teman-teman disabel masih diabaikan. Belly Lesmana juga menambahkan bahwa melalui film pesan akan lebih mudah tersampaikan dan diterima. Dari yang sebelumnya tidak mengerti tentang isu disabel rungu, sekarang menjadi lebih faham setelah menonton film Curhat. Terlebih apa-apa yang disampaikan melalui film tersebut adalah hal yang nyata dan dekat di sekitar kita. Selain itu, dalam proses advokasi menggunakan media pupoler, kita harus menghadirkan subyek secara langsung. Dari situ nantinya akan ada banyak interaksi antar teman-teman disabel dan non-disabel yang secara tidak langsung akan menjadi pembelajaran bersama yang efektif.

Berbagi Ruang Berbagi Peluang

Di antara diskusi-diskusi tersebut, sedikitnya ada tujuh peserta yang ikut menanggapi dan saling melempar pertanyaan untuk mendapatkan diskusi yang lebih mendalam. Menjadi wajar jika diskusi pada saat itu menjadi sangat hidup. Salah satu peserta yang aktif ikut menanggapi diskusi tersebut adalah Anisa, peserta yang hadir mewakili Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga. Anisa menceritakan pengalaman dirinya sebagai penyandang tuna rungu ketika berbelanja. Anisa menuturkan, seperti dalam film Curhat, dia juga kesulitan berbelanja di pasar tradisional karena tidak ada daftar harga di sana. Belum lagi, selain harga yang tidak tertera, di pasar tradisional juga cenderung harus melakukan tawar-menawar terlebih dahulu untuk menentukan sebuah harga. Hal ini sangat berbeda ketika Anisa berbelanja di supermarket yang setiap barang dijual jelas tertera harganya. Kemudian Anisa menutup ceritanya dengan bertanya bagaimana menggunakan video tersebut untuk memberi kesadaran kepada penjual-penjual di pasar tradisional untuk memberi harga yang jelas pada setiap dagangan mereka dan teman-teman tuli bisa mengakses pasar tradisional dengan mudah.

Tanggapan Anisa tersebut kembali ditanggapi oleh Noor Aini P, Noor Aini P menjelaskan bahwa pasar tradisional memang menjadi sebuah pekerjaan rumah yang tidak mudah. Tantangannya adalah kita harus bisa mengajak para pedagang dan para pemegang kebijakan di pasar untuk bersama-sama menonton video di dalam DENGAR Volume 6 ini agar mereka mendapat pemahaman tentang kebutuhan teman-teman tuna rungu. Dalam merencanakan pemutaran yang melibatkan ‘orang-orang pasar’ seperti itu, tentu kita harus mencari tahu terlebih dahulu tentang waktu yang efektif bagi mereka misal, tidak mungkin kita membuat pemutaran ketika di jam berdagang atau pasar aktif. Selain itu, tentu dibutuhkan riset yang lebih mendalam untuk menentukan bagaimana metode pemutaran yang efektif dengan mengajak pedagang dan pemangku kebijakan pasar agar kita bisa mencapai tujuan dari pemutaran yang kita buat.

Focus Group Discussion

Berbagi Ruang Berbagi Peluang

Setelah diskusi pada sesi pertama dan kedua selesai, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk bersama-sama membahas bagaimana cara membuat pemutaran yang efektif dan tepat sasaran. Peserta yang hadir dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok terdapat satu fasilitator dari Yayasan Kampung Halaman. Setelah FGD, perwakilan setiap kelompok mempresentasikan bayangan dan/atau rencana mereka membuat pemutaran mandiri menggunakan DENGAR! Volume 6. Ajiwan misalnya, mempresentasikan rencananya membuat pemutaran di komunitas Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia. Ajiwan menjelaskan bahwa video-video di dalam DENGAR! Volume 6 sangat perlu diputar di komunitas tersebut agar pemahaman mengenai isu-isu disabilitas semakin kuat. Selain Ajiwan, Robandi juga mempresentasikan rencanya membuat pemutaran di Angkringan miliknya. Menurut robandi, di wilayahnya, Angkringan adalah tempat pertukaran informasi warga yang efektif. Dengan memutar film DENGAR! Volume 6 dan membuat diskusi setelehanya di Angkringan, Robandi berharap pemahaman masyarakat mengenai disabilitas semakin meningkat dan masyarakat menjadi mengerti bagaimana berinteraksi dengan disabel dengan baik.

Pasca Launching

Berita baiknya, beberapa hari setelah kegiatan Launching dilaksanakan, Abdul, salah satu peserta Launching  DENGAR! Volume 6 yang mewakili Yayasan Indonesia Ramah Anak mengabarkan bahwa dia tengah melakukan pemutaran film ‘Pencari Keadilan’ dan ‘Mana Akses Kami’ dengan para pengurus Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD) Bitingan, Sale, Rembang. Pemutaran dan Diskusi tersebut dilakukan dalam rangka penguatan kapasitas pengurus KPAD. Dari diskusi tersebut, mereka menemukan temuan bahwa ternyata di Desa Bitingan terdapat anak-anak disabel yang masih belum terpenuhi hak-haknya. Ada dua anak tuna daksa yang berusia 15 dan 17 tahun tidak lulus SD. Selain itu ada juga satu anak yang lambat belajar yang masih kelas 2 SD dan satu anak yang dianggap hiperaktif di PAUD. Selanjutnya, data tersebut akan dipastikan kembali dengan melakukan pendataan yang lebih rinci melibatkan semua stakeholder desa. Jadi, rekomendasi dari kegiatan yang mereka lakukan adalah pendataan anak di Desa Bitingan, termasuk memastikan jumlah anak-anak disabel dan potensi kerentanannya.

Kami dari Yayasan Kampung Halaman berharap bahwa DENGAR! Kompilasi Volume 6 ‘Berbagi Ruang Berbagi Peluang’ dapat membantu kerja advokasi dan menjadi bahan ajar teman-teman fasilitator di manapun berada seperti yang dilakukan Abdul di Rembang dan DENGAR! selalu memberi manfaat baik untuk kita semua.

SEBARKAN: