Hari Pangan Se-Dunia: Mengedepankan Yang Biasanya Dikesampingkan

“Ayo, sayurnya dihabiskan, jangan ditaruh dipinggir piring terus dibuang. Sayur itu bikin sehat lho!” Apakah kawan-kawan akrab dengan kalimat ini? Ya, sebagian orang tua mengeluarkan jurus tersebut saat piring makanan putra-putri mereka masih menyisakan makanan terutama sayuran. Kenapa sih harus makan sayur? Kenapa juga makan harus habis?

Menurut riset yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat tahun 2014, sebanyak 98,4 % remaja kurang mengonsumsi sayur dan buah. Selain itu angka obesitas pada remaja juga merambat naik di Indonesia. Masa remaja adalah periode penting pertumbuhan dari anak menuju dewasa. “Masa remaja itu adalah jendela kesempatan kedua untuk tumbuh kembang. Tidak boleh disepelekan,” ucap Yhona Paramanitya, dosen Ilmu Gizi dari Universitas Alma Ata Yogyakarta. Oleh karenanya pemenuhan tehadap gizi menjadi hal yang wajib karena berpengaruh pada meningkatnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menguatkan kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penyakit.

Memulai lagi kebiasaan mengkonsumsi makanan bergizi termasuk sayur dan buah sebagai sumber mineral dan serat yang dibutuhkan tubuh harus segera dilakukan terutama oleh remaja. Bagaimana caranya? Remaja bisa memulainya dengan memilih menunya sendiri. Apabila dulu makanan disodorkan oleh orang tua dengan porsi besar dan tanpa proses mencicip terlebih dahulu, sekarang remaja bisa berkreasi mengolah makanannya. Bukan tidak mungkin, segelas jus dan semangkuk smoothies yang enak bisa dibuat dari dapur remaja. Dengan aktivitas ini remaja bisa berkenalan dengan makanan sekaligus mengenali kebutuhan tubuh akan gizi dan nutrisi. Aktivitas makan pun bisa dibuat menyenangkan dengan makan bersama. Selain beroleh keragaman cita rasa, remaja juga bisa belajar toleransi lewat cara yang menarik.

Ruang untuk remaja mengenal pangan juga semakin terbuka saat ini baik lewat kegiatan bersama. Selain di rumah, eksperimen pada makanan bisa dilakukan di sekolah dan ruang aktivitas lainnya yang digagas oleh individu maupun komunitas. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri memiliki 17 sekolah menengah kejuruan baik negeri maupun swasta yang membuka program Tata Boga. Tidak sedikit pula sekolah menengah umum menjadikan tata boga sebagai satu pilihan kegiatan ekstrakulikuler, seperti SMA Stela Duce 1 dan SMA Negeri 5 Yogyakarta.

Selain pilihan makanan bergizi, besaran porsi makanan juga hal yang bisa ditentukan sendiri oleh remaja. Dengan ini kita bisa mengurangi kebiasaan membuang makanan. Kita patut tahu, meski angka gizi buruk di negera kita tinggi, Indonesia juga disebut sebagai negara pembuang makanan terbesar kedua di dunia. Data ini berdasarkan studi soal keberlanjutan pangan di 25 negara oleh Barilla Center for Food & Nutrition tahun 2016. Disebutkan dalam riset tersebut, salah satu penyumbang besarnya limbah adalah kebiasaan makan yang tidak habis.

Jadi, mari kita mulai dari hal-hal kecil yang selama ini belum sepenuhnya jadi perhatian. Yuk, pilih makanan yang bergizi dan ambil sesuai kebutuhan tubuh kita ! Selamat Hari Pangan Internasional remaja Indonesia!

SEBARKAN: